ADAPTASI SENI PERTUNJUKAN WAYANG KARTUN DI WISATA CARTOON VILLAGE DESA SIDAREJA KECAMATAN KALIGONDANG KABUPATEN PURBALINGGA

Seni pertunjukan wayang tradisional menghadapi tantangan dalam mempertahankan eksistensinya di tengah perubahan selera penonton yang semakin meluas. Permasalahan ini mendorong penelitian dengan rumusan masalah mengenai bagaimana bentuk adaptasi yang dilakukan komunitas Kie Wayang pada mode adaptasi konformitas, inovasi, ritualisme, retreatisme, dan rebellion di Wisata Cartoon Village Sidareja. Tujuan penelitian adalah memahami bentuk adaptasi yang dilakukan komunitas Kie Wayang pada mode adaptasi konformitas, inovasi, ritualisme, retreatisme, dan rebellion di Wisata Cartoon Village Sidareja. Landasan teori yang digunakan adalah teori adaptasi Robert King Merton, yang menyoroti lima mode adaptasi sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi, sedangkan analisis data menggunakan proses reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunitas Kie Wayang menerapkan kelima mode adaptasi Merton konformitas, inovasi, ritualisme, retreatisme, dan rebellion yang diwujudkan dalam bentuk pertunjukan wayang kartun dengan kemasan segar, komunikatif, serta disesuaikan dengan kebutuhan audiens tanpa menghilangkan nilai tradisi. Kesimpulannya, keberhasilan adaptasi terletak pada kombinasi inovasi pertunjukan dan proses komunikasi yang efektif sehingga tradisi wayang tetap hidup dan relevan di era modern.